Here We Are The Last Part Of Spirit Of Love :))
Happy Reading PCCN :D
Narmi tunggu!" Reza menarikku.
"APA?
Apa lagi! Gue capek sama sandiwara ini! Gue capek sama permainan lo
dan gue Capek harus kayagini terus! Gue mau mati!" teriakku dengan
emosi.
"kenapa kamu jadi emosi gni? Apa salah aku yang? Soal
darah maaf, Bisma ga sengaja! Ini kamu ganti pake sweter aku dulu.."
ucap Reza tetap berusaha tenang.
"kamu salah! kamu jahat!" aku terus menangis.
"aku minta maaf kalo emang aku punya salah, tapi aku mohon jangan gini.. aku bingung liat kamu nangis gini.." ucap Reza.
"aku
minta kamu ngertiin aku Za.. Sedikit aja.. Ga cuma kamu dan Bisma
yang punya masalah, tapi aku juga punya masalah!" bentakku pada Reza.
"oke
aku minta maaf yang, akhir-akhir ini aku jarang perhatiin kamu,
akhir-akhir ini aku sibuk dan jarang ada disamping kamu, nemenin kamu..
Tapi rasa sayang aku ga berkurang sedikitpun.." ucap Reza menggenggam
tanganku.
"Lusa aku pindah.. Dan kamu tau karna apa? Kantor Ayah
aku bangkrut! Dan rumah aku ditarik, dan kamu tau? Aku bakal tinggal
dikampung! Ditempat yang belum aku tau" ungkapku dengan disertai
amarah.
"Reza mendekap wajahku, menatap wajahku dengan tatapan tajam.
"maafin
aku yang.. maaf aku udah gak peka sama perasaan kamu, sama keadaan
dan masalah kamu. Aku minta maaf.. Tapi gak seharusnya kamu bersikap
seperti tadi pada Bisma.. Kamu tau, itu bisa nyakitin dan ngelukain
hati dia.." ucap Reza sambil membelai rambutku, menenangkan hatiku.
"tapi tadi aku emosi, aku udah lagi pusing ada masalah dia tambah ini... Huek!" ucapku jijik.
"yaudah,
ganti baju kamu sama sweter aku dulu, terus aku anter pulang.. Aku
mau jelasin ke mereka dulu soal kejadian tadi.." ucap Reza sambil
menyerahkan sweeternya.
Aku mengambil sweter itu dan pergi ke toilet, sementara Reza kembali ke kamar rawat Bisma.
Entah
apa yang Reza jelaskan pada mereka, aku sama sekali gak peduli, aku
menunggu di depan kamar rawat sampai Reza selesai dan keluar.
Setelah Reza selesai dan keluar, Reza segera mengantarku pulang.
Aku merasakan hal yg aneh dalam diriku.
Rasa bersalah pada Bisma, baru terlintas dibenakku, tapi.. Ah bodo amat!
Dialah musibah dalam hidupku!
Dia perusak hidupku!
Gara-gara
dia, hubunganku dengan Reza rusak, gara-gara dia waktuku banyak
terbuang cuma buat ngurusin dia! Aku nyesel kenal dia! Walaupun aku
sempet suka sama Bisma, tapi aku lebih benci padanya..
Akhirnya kupun pun sampai dirumah..
Sampai dirumah, aku telah disambut oleh orangtuaku yang mengemaskan barang.
Perasaanku semakin gak karuan!
Tapi, malam ini, Rezalah obat penenang bagiku.
Reza meneleponku sebelum aku tidur.
Pembicaraan Via Telepon.
Reza : malem sayang..
Aku : malem juga yang..
Reza : kenapa? Masih sedih?
Aku : iya, besok aku udah pasti pindah yang.. (aku mulai meneteskan airmata)
Reza
: sabar yah sayang, aku akan tetep selalu ada buat kamu.. besok aku
ke rumah kamu yah.. Aku mau kasih sesuatu buat kamu, supaya kamu gak
lupa sama aku..
Aku : makasih yang.. kamu emang gapenah berubah.. Mav yah aku selama ini salah nilai kamu..
Reza : iya sayang.. Aku ngerti kok, dan akan selalu berusaha ngertiin kamu.. Yaudah kamu tidur yah..
Aku : iyah, kamu juga yah.. Love you..
Reza : Love You too SweetHeart..
Akupun menutup telepon.
Terimakasih Tuhan, telah kau kembalikan Rezaku..
Akupun
bisa tidur nyenyak malam ini walaupun ditekan oleh berbagai masalah..
Tapi saat mengingat Reza, aku merasa tenang, hatiku terasa nyaman.
Keesokan paginya, Semua barang telah siap, kendaraan untuk mengangkat kamipun sudah siap.
Aku masih menunggu Reza yang katanya mau datang sebelum aku pergi.
Tapi tiba2 Reza SMS
From : SweetHeart
Yang.. Maaf aku gak bisa dateng, aku harus ke bogor ke tempat Bisma.. Aku dapet kabar dari Rangga kalo Bisma Sekarat..
Apa? Ini Serius kan?
Bisma sekarat?
Tapi bodo ah.. Aku benci sama Bisma!
Tapi kenapa aku jadi degdegan? Perasaanku gaenak?
Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku ingin ikut Reza, tapi aku juga harus berangkat ke Bogor.
Aku tak punya pilihan lain, akupun berangkat menuju qumah baruku di Bogor.
Sepanjang perjalanan, aku merasa sangat gelisah, jantungku terus berdegup kencang tanpa sebab! Apa ini pertanda buruk buatku?
"mama, kita Bogor mana si?" aku mencoba bertanya, berharap Rumahku nanti dekat dengan rumah Bisma.
"mama juga belum tau, liat aja nanti ya.." ucap mama sambil mendekapku.
Tanpa terasa. 3jam telah berlalu, dan kami (aku dan keluargaku) sampai di rumah baru kami, disambut dengan nenekku.
Ternyata aku dan keluarga akan tinggal dirumah nenek.
Entah mengapa sampai detik inipun, perasaanku masih terasa tidak enak, aku merasa ada kehampaan.
Sambil bersih-bersih kamar, tanpa sengaja aku menemukan Diaryku, beserta foto aku dan Reza juga foto aku dan Bisma.
Aku teringat janjiku pada Bisma dan tersadar sikapku kemarin sangatlah salah..
Tidak seharusnya aku kasar dan menyebutnya musibah..
Aku
akui aku salah dan tidak bisa mengendalikan emosiku, tapi aku punya
sebab.. Karna akupun dalam tekanan masalah dimana-dimana ditambah
kelakuan Bisma yang membuatku Ilfil dan membuat emosiku memuncak.
"maafin aku beb.." tanpa sadar aku meneteskan airmataku saat membayangkan hal kemarin dan memandang fotoku bersama Bisma.
Tadinya aku berniat membaca sekilas isi Diaryku, tapi tiba-tiba Handphoneku berdering tanda Telepon masuk.
(( SweetHeart ))
Pembicaraan Via Telepon.
Reza : yang kamu dimana?
Aku : aku udah nyampe di Bogor, dirumah baru, kenapa?
Reza : daerah mana? Kamu bisa kesini?
Aku : kamu ngaco, aku aja gatau ini dimana! Emang kenapa lg si?
Reza : Bisma.. Meninggal yang.. Nanti sore mau dimakaminnya..
Aku langsung mematikan telepon.
Jantungku terasa berhenti berdetak.
Ini gak mungkin!
Aku gak mau Bisma pergi secepet ini, aku bahkan belum sempet minta maaf sama dia atas kejadian kemarin..
Aku.. Aku bahkan belump pernah membayangkan hal ini terjadi..
Saat waktunya tiba.. Bisma benar-benar Pergi meninggalkanku untuk selamanya..
Tak
ada lagi canda dan tawa bersama Bisma. Tiada lagi yang mengajarkanku
untuk tegar menjalani kehidupan, tiada lagi orang yang bisa membuatku
merasa dibutuhkan.
Dia menghilang, pergi dan tenang di sisi Tuhan.
Sementara aku menderita karna rasa penyesalan.
Aku menyesal, aku tak bisa memberinya kebahagiaan menjelang kepergiannya..
Aku menyesal telah menganggapnya musibah dalam hidupku..
Padahal dialah penerang hidupku..
Darinya aku belajar mensyukuri hidup, darinya aku bisa lebih menghargai hidupku..
Kenapa orang BAIK seperti Bisma harus pergi secepat ini?
Aku merasa sangat terpukul atas kepergiannya..
Aku menyesal telah melukai hatinya..
Dan bahkan aku tak berada disisinya didetik bahkan saat terakhir disisa hidupnya..
Ya Tuhan, maafkanlah aku.. Atas segala khilafku..
Akupun menangis sejadi-jadinya..
Reza terus meneleponku, tapi aku tak menghiraukan bahkan aku menyimpan Handphoneku dilemari.
Aku mengunci diriku dikamar.
Mengurung diri dan merenung.
Berharap hal ini bisa mengurangi rasa bersalahku dan segala penderitaan atas masalah-masalah yang kupunya.
Bukankah Tuhan maha Adil? Tapi mengapa harus aku yang merasakan ini semua ?
Ini gak adil buatku!
Setelah
ketenangan hidupku bersama Reza hilang karna hadirnya Bisma, kini aku
harus menerima kenyataan bahwa keluargaku jatuh ke dalam
keterpurukan!
Ya Tuhan..
Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan derita ini ?
Kenapa cobaan ini datang bertubi-tubi disaat aku lemah..
Saat aku sedang menangis duduk dipojok kamar dengan segala kenangan yang ku punya..
Tiba-tiba..
'tok..tok..' suara ketukan pintu dari luar.
"ka? Lg ngapain si? Kok gak keluar kamar? Reza kok malah SMS mama tanya kamu? Kamu kenapa nak?" suara mama terdengar cemas.
Aku ingin menjawab, namun rasanya bibir ini terasa berat untuk berucap.
Tubuh ini terlalu lemah untuk beranjak dari tempat ini..
Dan tiba-tiba.. Semua gelap..
Terasa kehampaan dalam Jiwaku, terasa sakit yang mendalam pada jantungku.
Aku ingin bertemu Bisma, walau hanya sebentar..
Aku ingin mengucap kata maaf, ingin mengungkapkan perasaanku, ingin berterimakasih dan ingin memeluknya untuk terakhir kali..
Entah
berapa lama tertidur, saat aku tersadar aku sudah berada ditempat
tidur bersama mama, dan ada Reza disamping tempat tidurku.
"Reza.. Bisma.." dua nama itu yang terucap saat aku tersadar.
"iya.." sahut Reza mendekat padaku.
Mamaku terus menatapku penuh iba dan rasa cemas.
"kenapa kamu bisa disini? Tau darimana rumah aku?" tanpa sadar airmataku keluar lagi.
"dari
mama.. kamu kenapa kyk gini? Kenapa ga cerita sama aku? Kamu bisa
gila kalo memendam masalah yang begitu banyak sendirian.." ucap Reza
lirih.
Aku melirik kearah mamah, dan terlihat airmata menetes di pipi mama.
"maaf yah.. kamu harus ngerasain ini.." ucap mama.
Aku hanya bisa tersenyum dan meneteskan tetes demi tetes airmataku.
"Narmi
ngerti kok, mah.. Narmi udah cukup dewasa buat memahami keadaan ini..
Tapi, Narmi mau ngomong berdua sama Reza, boleh?" pintaku pada mama.
Mama tersenyum sambil menghapus airmataku lalu pergi keluar.
Tinggalah
aku berdua dengan Reza. Aku berusaha menghentikan airmataku yang
terus mengalir, menenangkan hatiku juga meredam rasa sedih ini.
"gimana sama Bisma?" tanyaku sambil menahan airmata yang hampir jatuh.
"udah dimakamin kemarin sore, dia udah tenang.." jawab Reza.
"mana
mungkin dia tenang? Aku udah nyakitin dia Za.. Aku bahkan menyeautnya
Musibah didepan matanya.. Atau jangan-jangan itu yang buat dia down?
Aku yang bunuh Bisma Za.. Aku bunuh dia secara ga langsung..!" ucapku
histeris dan berurai airmata.
"nggak..nggak yang.. Dia udah
tenang.. Dia juga pasti udah maafin kamu.. Kamu gaperlu nyalahin diri
kamu sendiri dan jadiin ini semua beban.." ucap Reza sambil membelai
rambutku.
"aku boleh minta satu permintaan?" pintaku memohon pada Reza.
"semampu dan sebisa aku, pasti aku turutin.. Kamu mau apa?" tanya Reza bingung.
"Aku mau ke Makam Bisma.." ucapku mantap.
"kamu yakin kamu udah siap?" tanya Reza untuk meyakinkan.
"Insya Allah.. Aku gakuat dihantui rasa menyesal dan rasa bersalah terus menerus.." sahutku sambil menghapus airmataku.
"oke.. besok kita kesana.." ucap Reza sambil mengelus bahuku.
"sekarang.. Aku mau sekarang yang!" pintaku dengan memaksa.
"tapi udah sore yang.. Lebih baik besok aja?" bujuk Reza.
Aku diam dan membuang muka membelakangi Reza.
"okeoke kita kesana sekarang.. kamu ganti baju, aku izin sama nyokap kamu dulu, oke?" ucap Reza.
Aku menganggukkan kepala lalu senyum dan menghapus airmataku.
Rezapun keluar kamarku, sementara aku ganti baju.
Setelah selesai ganti baju, aku langsung ke ruang tamu.
"kamu yakin nak?" tanya mama.
Aku menganggukan kepalaku pertanda iya.
"yaudah tante, Reza sama Narmi berangkat dulu yah tante, Assalamualaikum.." ucap Reza pamit sambil mencium tangan mama.
"iya hati-hati yah.. Jangan malem-malem" pesan mama.
Aku memeluk mama sebelum pamit dan salim, lalu pergi meninggalkan rumah bersama Reza.
Dalam waktu 45 menit, akhirnya aku sampai di makam Bisma.
"itu, yang kedua dari pohon itu" ucap Reza.
Aku memandang makam itu dari kejauhan.
Bunga yang bertaburan masih terlihat segar, tanahnya masih terlihat subur , papan namanya masih terlihat bersih.
Akupun berlari menuju makam dan Reza mengikutiku.
Aku langsung duduk tersungkur didepan makam Bisma.
"beb..
Maafin aku.. Aku gak bisa kasih kamu kesan yang indah saat kamu
pergi, maafin aku udah nyakitin hati kamu.. Maafin aku.." aku menangis
memeluk papan nama Bisma.
"yang.. bangun.. jangan gini nanti kotor.." ucap Reza.
"lepas!" bentakku.
Rezapun melepaskan tarikan tangannya.
Aku bernyanyi tanpa sadar dan memeluk erat papan nama Bisma.
maaf ku telah menyakitimu
ku telah kecewakanmu
bahkan ku sia-siakan hidupku
dan ku bawa kau seperti diriku
walau hati ini trus menangis
menahan kesakitan ini
tapi kulakukan semua demi cinta
akhirnya juga harus kurelakan
kehilangan cinta sejatiku
segalanya telah kuberikan
juga semua kekuranganku
jika memang ini yang terbaik
untuk diriku dan dirinya
kan kuterima semua demi cinta
jujur aku tak kuasa
saat terakhir ku genggam tanganmu
namun yang pasti terjadi
kita mungkin tak bersama lagi
bila nanti esok hari
ku temukan dirimu bahagia
ijinkan aku titipkan
kisah cinta kita selamanya
Aku menyanyi memeluk erat papan nisan Bisma, airmatakupun tak henti mengalir.
Seakan aku menyanyi untuk melepas kepergian Bisma dari hidupku..
Tiba-tiba aku mendengar suara Reza, tapi entah dengan siapa.
"kalo gue tau bakal gini akhirnya, gue gak akan pernah bawa Narmi ke masalah ini" ucap Reza.
Aku
yang mendengar ucapan Rezapun memalingkan wajah dan pandanganku pada
Reza, dan ternyata ada seorang wanita yang berdiri disamping Reza. Dia
adalah wanita yang waktu itu mendampingi Bisma dirumah sakit.
Ya benar, itu adalah Risa teman kampus Bisma.
Aku memalingkan wajahku ke makam Bisma.
"gue rasa, kalo lo baca ini, lo akan lebih tenang.. lo beruntung Narmi.." ucap wanita itu sambil memberikanku sebuah kotak.
"maksudnya?" aku tidak mengerti apa maksud wanita ini.
"yah lo buka aja nanti.." ucap Risa.
"itu kotak dari Bisma" sambung Reza.
Mendengar ucapan Reza, aku langsung memeluk erat kotak pink itu.
"yaudah gue balik duluan yah.." ucap Risa.
"oke, ati-ati yah" sahut Reza.
Aku
hanya diam memandang gundukan tanah yang berada di depanku. Aku masih
tidak percaya, bahwa didalam adalah Bisma.. Bisma yang telah pergi
meninggalkanku..
"mau sampe kapan kamu disini? Sekarang udah jam setengah 6.. Kamu ga kasian sama mama kamu yg khawatir?" ucap Reza.
Benar kata Reza, aku ga boleh bikin mama tambah khawatir..
"sebentar lagi.." sahutku singkat.
"aku tunggu diparkiran yah.." ucap Reza sambil mengelus rambutku.
"aku
cuma bisa minta maaf sama kamu.. Semoga kamu maafin aku yah beb..
Satu hal yang harus kamu tau, aku tulus sayang sama kamu.. dan kamu
akan jadi yang terbaik walaupun ga bisa aku milikin selamanya" ucapku
sambil mengecup papan makam Bisma.
Akupun beranjak bangun dan berjalan meninggalkan makam Bisma.
Dan
sebelum benar-benar meninggalkan makam itu, ku ucapkan kalimat
terakhir untuk Bisma yang ku harap dia mendengarnya disana.. "You are
always be my love and life in my heart.." ucapku sambil berjalan pergi
menuju parkiran.
Rezapun telah menunggu.
"aku yakin kamu kuat.." ucap Reza.
"maafin aku yang.." ucapku sambil mendekat pada Reza.
"aku ngerti.. ini semua ralah aku.." ucap Reza mendekapku.
"yaudah sekarang pulang yah.." ajak Reza.
Aku mengangguk.
Walaupun masih terasa kesedihan itu, tapi hatiku merasa sedikit lebih tenang.
Pukul 7 malam aku sampai dirumah dan Rezapun langsung pulang ke Jakarta.
Entah mengapa, hatiku merasa lega bagai semua masalah itu telah tiada.
Apakah mungkin ini arti bahwa Bisma telah memaafkanku?
Semoga saja begitu.
Setelah mandi dan makan malam, aku teringat akan kotak merah muda yang tadi diberikan Risa yang katanya dari Bisma.
Tanpa buang waktu, akupun membuka kotak merah muda itu..
Sungguh
terkejutnya aku saat melihat isi kotak itu penuh foto aku dan Bisma,
karcis bioskop yang pernah kami gunakan, juga sebuah kotak merah dan
selembar kertas.
Aku mencoba membuka kotak merah itu, dan berisi
kalung dengan liontin berbentuk gadis kecil. Sangat lucu dan membuatku
senyum-senyum sendiri.
Setelah memandang kalung itu dari berbagai sisi.
Tapi aku teringat satu hal, yaitu selembar kertas.
Aku membaca tulisan yang ada kertas itu.
Entah kenapa aku merasa takut, takut berpisah.
Takut jika waktuku telah tiba.
Kalung itu hadiah Anniversary kita ke dua..
Aku takut gak bisa kasih langsung ke kamu, jadi aku buat surat dan ngumpulin semua dalam satu kotak.
Dan jika hari kepergianku tiba, sebelum hari perayaan kita aku mau semua ini tetap berada ditangan kamu.
Simpan dan kenang semua ini, seperti kamu mengenang aku.
Jaga dan rawat semua ini seperti kamu menjaga dan merawatku.
Jika telah tiba saatnya aku pergi meninggalkan kamu, juga seluruh duniaku.. Aku ingin kamu tau..
Kamulah semangat hidupku..
Kamulah kekuatanku untuk bertahan..
Kamulah obat yang bisa memperlambat umurku..
Tapi jika takdir dan ajal tetap memanggilku, itu bukanlah salah kamu.
Bukan karena kamu.
Tapi memang sudah waktuku untuk meninggalkan kamu.
Jangan pernah salahkan dirimu karna kurang pandai merawatku, atau merasa tidak bisa membahagiakanku.
Karna kamulah bahagiaku.
Kamulah kekuatan cinta yang selama ini menghidupkanku.
Namun jika raga ini tak lagi ada, bukan berarti rasa cintaku telah mati.
Aku akan selalu ada,
Aku akan selalu hidup dihatimu..
Because You Are My Spirit Of Love..
The Best Love I Have..
Airmataku mengalir tak tertahankan, walaupun sedih, tapi aku merasa lega aku merasa bebanku hilang.
Terimakasih Tuhan, telah kau titipkan sebuh Anugrah yang terindah untukku.
Yang telah mengajarkan banyak arti kehidupan untukku.
Kini rasa bersalah itu pudar.
Karna aku yakin, Bisma sudah tenang dan Bisma pasti memaafkanku.
Lusa
adalah Anniversaryku yang ke 2bulan dengan Bisma, dan aku tetap akan
merayakannya walau harus pergi ke makamnya. Karna walaupun dia sudah
tiada, tapi dia akan selalu hidup dihatiku.
Malam inipun aku pasti akan tidur dengan lelap, berharap Bisma datang dalam mimpiku.
Dua hari kemudian, Reza datang ke rumahku sejak pukul 9 pagi..
Aku
meminta Reza mengantarku ke makam Reza, karna hari ini adalah hari
jadiku ke 2 bulan dengan Bisma. Dan tentu saja, Reza selalu bersedia
menemaniku.
Tepat pukul 10 pagi, kami sampai di makam Bisma. Aku datang dengan mengenakan kalung dari Bisma.
"makasih
buat hadiah yang kamu kasih.. buat surat yang kamu tulis.. dan buat
semangat yang selalu kamu berikan saat aku mengingatmu.. Aku sayang
kamu Bisma.." ucapku sambil memeluk papan nama makam Bisma.
Aku segera menghapus airmataku dan berusaha tidak menangis.
Aku mau Bisma bisa melihat aku yang tegar.
"sekarang, aku cuma milik kamu.." ucapku sambil menggenggam tangan Reza.
"tapi hati kamu milik kita.." ucap Reza sambil menatap makam Bisma.
Aku dan Reza saling tatap dan saling melempar senyum penuh rasa lega.
Kini, aku dan Reza kembali ke awal kisah cinta kami.
Rezapun
berhasil membuat Bisma bertahan hidup hingga Bulan Ramadhan berlalu,
Bulan dan moment Terindah dalam hidup Bisma.. Reza Berhasil membuat
Bisma bahagia..
Dan aku? Berhasil menjadi semangat hidup buat Bisma.
Kisah Cintaku dan Reza terus berjalan, namun Kisah Cintaku dengan Bismapun terus hidup..
Dalam lubuk hatiku yang terdalam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar